Don't Show Again Yes, I would!

Rekonstruksi Memori Ala DOUCAN di JF3 Fashion Festival 2025

DOUCAN, label milik desainer asal Korea Selatan Choi Chung-hoon, membawa sentuhan unik dan penuh emosi dalam koleksi terbarunya bertajuk Flora yang ditampilkan di panggung JF3 Fashion Festival 2025. Koleksi ini mempersembahkan karya busana yang merefleksikan perjalanan kreatif sang desainer selama lebih dari satu dekade.

Mengangkat tema Rekonstruksi Memori, koleksi ini menjadi bentuk penghormatan terhadap kenangan-kenangan visual yang telah membentuk karakter DOUCAN sejak awal berdiri. Menurut Choi, karya-karya ini tidak hanya sekadar busana, melainkan representasi dari identitas pribadinya yang tersimpan dalam setiap garis, warna, dan motif.

“Koleksi ini mengandung DNA saya. Ia mengandung semua kenangan yang saya sukai. Ini adalah koleksi yang menggambarkan diri saya dengan baik,” ungkap Choi.

Koleksi Flora mengusung ciri khas DOUCAN yang dikenal dengan permainan warna berani, siluet elegan, dan motif grafis yang mencolok. Sentuhan etnik berpadu dengan nuansa modern menciptakan kesan yang dramatis namun tetap lembut dan feminin.

Warna-warna seperti emas dan merah mendominasi koleksi, menggambarkan kekuatan dan kehangatan sekaligus. Choi menyampaikan bahwa dirinya sangat tertarik pada motif karena semua digambar sendiri secara manual, termasuk beberapa yang terinspirasi dari batik Indonesia.

“Saya tertarik pada motif karena saya menggambarnya sendiri. Ada motif batik di Indonesia. Sangat indah. Saya berencana untuk melihat banyak motif batik selama kunjungan ini,” tambahnya dengan antusias.

Salah satu hal paling menarik dari koleksi DOUCAN kali ini adalah penggunaan material tidak biasa: wig bekas. Rambut sintetis tersebut dikreasikan menjadi tassel dan diolah menjadi elemen dekoratif pada jaket cape, gaun, sepatu bot, dan aksesori lainnya.

Tassel rambut yang bergerak dinamis mengikuti langkah para model menambahkan elemen teatrikal pada peragaan busana. Inovasi ini bukan hanya mencerminkan kreativitas tinggi, tetapi juga menunjukkan perhatian DOUCAN terhadap isu keberlanjutan dalam industri fashion.

Selain koleksi busana fisik yang ditampilkan langsung di runway, pertunjukan DOUCAN juga dilengkapi dengan presentasi video avatar 3D. Kolaborasi dengan perusahaan teknologi mode terdepan menghasilkan simulasi kostum digital yang memperkuat identitas visual DOUCAN.

Tak hanya itu, musik latar pertunjukan dikomposisi oleh teman dekat Choi, seorang komposer K-pop ternama yang pernah menciptakan lagu untuk U-KISS dan Jay Park. Kehadiran musik orisinal ini menambah nuansa emosional yang mendalam dan memperkuat storytelling dalam presentasi koleksi Flora.

Dalam gelaran JF3, Choi menampilkan 20 potongan busana dari koleksi Flora. Meski jumlahnya terbatas, setiap look menyimpan makna dan cerita yang kuat. Sebagian dari koleksi tersedia untuk pemesanan langsung, sementara sisanya dibuat berdasarkan pesanan khusus (made to order).

“Saya menyesal tidak dapat menampilkan lebih banyak potongan. Jika saya memiliki kesempatan seperti ini lagi, saya ingin menampilkan lebih banyak karya,” ujar Choi.

DOUCAN bukanlah nama baru di kancah mode internasional. Merek ini telah dikenal karena kemampuannya dalam menggabungkan fantasi Timur yang kaya simbolik dengan gaya modern yang ekspresif. Melalui grafis buatan tangan, motif alami, dan warna-warna intens, DOUCAN berhasil menciptakan identitas visual yang kuat dan mudah dikenali.

Dengan latar belakang pendidikan di Studio Bercot, Perancis, serta pengalaman bekerja bersama rumah mode besar seperti Chanel, Kenzo, dan Dior, Choi Chung-hoon membawa sentuhan haute couture yang penuh karakter ke dalam setiap koleksi DOUCAN.

Melalui Flora, Choi sekali lagi membuktikan bahwa mode bisa menjadi media untuk merenung, mengenang, dan mengekspresikan perjalanan hidup. Dengan pendekatan yang jujur dan artistik, DOUCAN terus menjadi sorotan dalam dunia mode global dan penampilannya di JF3 2025 adalah salah satu bukti kuat dari evolusi kreatif tersebut.

Share: