Don't Show Again Yes, I would!

Wulan Guritno Berani Tampil Tanpa Makeup

Jakarta sore itu terasa hangat di Four Seasons Hotel. Matahari mulai turun perlahan ketika Wulan Guritno, sosok yang selama ini dikenal glamor dan nyaris sempurna di layar kaca, berdiri di hadapan para tamu. Namun kali ini, bukan busana megah atau riasan tebal yang menjadi pusat perhatian. Di hadapan media dan sahabat-sahabat terdekatnya, Wulan menghapus makeup-nya satu per satu, membiarkan wajahnya tampil polos, dengan bekas jerawat dan bopeng yang selama ini sering jadi bahan komentar netizen.

Momen itu terasa sunyi sejenak. Tapi di balik keheningan itu, ada keberanian yang berbicara lebih lantang daripada kata-kata.

Setelah dua dekade hidup dalam sorotan kamera, Wulan akhirnya membuka hal yang paling personal: perjalanannya berdamai dengan insecurity. “Saya baca semua komentar, bahkan yang paling pedas,” ujarnya tenang. “Tapi justru dari situ saya sadar, kalau saya bisa tenang menghadapi ini, mungkin saya juga bisa bantu perempuan lain untuk nggak merasa harus sempurna.”

Langkah Wulan ini menjadi simbol kampanye “Insecurity Uncovered” bersama ZAP Premiere, gerakan yang mengajak perempuan untuk berdamai dengan luka, baik yang tampak di kulit maupun yang tersembunyi di hati. Untuk pertama kalinya, Wulan tampil bare face di publik bukan sebagai klarifikasi, melainkan ajakan jujur untuk menerima diri sendiri.

Acne scar itu nggak bisa hilang seratus persen, dan itu bukan kegagalan. Itu realita,” katanya. “Yang berubah bukan kulit saya, tapi cara saya melihat diri sendiri. Setelah lima sesi bersama ZAP Premiere, kulit saya membaik sekitar 70%. Tapi yang paling penting, saya bisa lihat cermin tanpa benci lagi.”

Di balik langkah berani itu, ada perjuangan panjang. Dua puluh tahun melawan jerawat hormonal, mencoba berbagai produk, hingga perawatan di dalam dan luar negeri. Kini semua itu didokumentasikan dalam mini series dokumenter tanpa naskah dan tanpa makeup, yang tayang setiap Rabu pukul 18.00 WIB di Instagram dan TikTok @zappremiere. Serial ini memperlihatkan proses penyembuhan Wulan secara nyata, dari facial, laser, hingga teknologi medis terbaru seperti Secretome dan Sofwave,tanpa ilusi kesempurnaan.

Menurut dr. Dara Ayuningtyas, VP Medical ZAP Group, perjalanan Wulan adalah contoh nyata bahwa “scar healing bukan sekadar tindakan, tapi proses emosional.” Ia menegaskan, “Kami tidak menjual mimpi instan. Kami menciptakan langkah-langkah medis yang realistis dan terukur, termasuk untuk kasus kompleks seperti yang dialami Wulan.”

Reaksi publik pun beragam, tapi kebanyakan justru penuh empati. Banyak perempuan yang merasa terwakili, melihat Wulan bukan lagi sekadar ikon kecantikan, melainkan sosok yang manusiawi, yang juga pernah terluka, tapi memilih sembuh.

Dari sini, lahirlah gerakan #HealingFeelsBetterTogether, yang melahirkan komunitas digital bernama Acne Healing Circle, ruang aman bagi para acne fighter untuk saling berbagi kisah, kekuatan, dan dukungan. Karena bagi Wulan, penyembuhan bukan perjalanan sendirian.

“Ada masa di mana saya benci lihat cermin,” kenangnya. “Tapi sekarang saya bisa bilang, perubahan itu mungkin, asal kita nggak menyerah dan punya tempat yang bisa dipercaya.”

Perjalanan ini bukan hanya tentang kulit yang membaik, tapi juga tentang jiwa yang pulih. Di akhir acara, Wulan menatap para tamu dengan wajah tanpa makeup namun penuh cahaya kejujuran. Tidak ada lagi filter, tidak ada lagi kepura-puraan. Hanya keberanian seorang perempuan yang memilih untuk tampil nyata.

Karena pada akhirnya, setiap luka bisa menjadi kekuatan, asal kita cukup berani untuk tidak menyembunyikannya lagi.

Share: