Don't Show Again Yes, I would!

PINTU Menyatukan Talenta Indonesia–Prancis

PINTU Incubator telah membuktikan bahwa di tengah dunia kreatif yang kompetitif dan dinamis, membangun reputasi bukanlah hal yang instan. Namun, dengan komitmen, kualitas, dan konsistensi, inisiatif ini mampu meraih kepercayaan industri bahkan melampaui ekspektasi awal.

Jika Anda ingin versi yang lebih lugas atau lebih puitis, saya bisa bantu juga

Memasuki tahun keempat penyelenggaraannya, PINTU Incubator kian mengukuhkan perannya sebagai program bilateral strategis yang menghubungkan kreator muda dari Indonesia dan Prancis. Dalam konferensi pers yang digelar hari ini, program ini tak hanya meninjau kembali pencapaiannya selama tiga tahun terakhir, tetapi juga memperkenalkan inisiatif terbarunya: Residency Program, yang dirancang untuk mempererat kolaborasi kreatif lintas negara secara langsung dan kolaboratif.

Ketika pertama kali diperkenalkan pada 2022, PINTU menghadapi tantangan besar. Minimnya eksposur publik membuat tim pelaksana harus aktif mendekati para desainer dan pakar industri untuk bergabung. “Dulu, kami yang harus mendekati mereka. Sekarang, mereka yang menghubungi kami,” ujar salah satu anggota tim PINTU dengan bangga.

Perjalanan panjang ini kini membuahkan hasil nyata. PINTU telah menjelma menjadi program bergengsi yang menarik perhatian para profesional kreatif dari kedua negara. Saat ini, banyak desainer dan ahli yang secara sukarela mengirimkan CV untuk mendapatkan kesempatan berpartisipasi dalam program ini. Sebuah bukti nyata keberhasilan strategi jangka panjang berbasis reputasi dan kredibilitas.

Sejak diluncurkan, PINTU telah menjaring lebih dari 10.000 brand, memilih 51 desainer muda untuk mengikuti program inkubasi, dan melibatkan 86 mentor profesional, termasuk 33 mentor asal Prancis. Program ini menggabungkan kurasi, pelatihan, pertukaran budaya, serta eksposur pasar global sebagai satu kesatuan yang komprehensif.

Menurut Thresia Mareta, Co-initiator PINTU dan Founder LAKON Indonesia, kehadiran PINTU bukan sekadar pengembangan talenta, tapi juga tentang membangun jembatan antar budaya. “Ketika Presiden Macron menyebut langsung program PINTU dalam pidatonya di Candi Borobudur, itu bukan hanya pengakuan atas program kami, tapi simbol kuat bahwa budaya, pendidikan, dan kreativitas bisa menyatukan dua bangsa,” ungkapnya.

Melengkapi semangat kolaborasi, tahun ini PINTU meluncurkan Residency Program bagi desainer muda asal Prancis. Program residensi selama tiga bulan ini memungkinkan peserta tinggal dan berkarya langsung di Indonesia, mengeksplorasi teknik batik di Jawa dan tenun tradisional di wilayah timur.

Dua desainer Prancis terpilih, yaitu Kozue Sullerot dan Priscille Berthaud, yang kini tengah magang di LAKON Indonesia untuk menciptakan koleksi lintas budaya. Karya mereka akan dipresentasikan di LAKON Store dan Première Classe Paris.

“Residency ini memberikan pengalaman mendalam, bukan hanya pelatihan teknis, tapi juga pertemuan langsung dengan para artisan dan budaya lokal,” jelas Thresia.

Ketua JF3 sekaligus Co-initiator PINTU, Soegianto Nagaria, menyebut bahwa perjalanan PINTU adalah bagian dari komitmen jangka panjang JF3 dalam membina talenta muda dan mengembangkan ekosistem mode Indonesia. “Kami tidak hanya merayakan kreativitas, tetapi juga menginvestasikannya dan mendorongnya ke panggung global,” ujarnya.

Selama lebih dari dua dekade, JF3 telah menjadi motor penggerak industri fashion lokal, dari pengrajin hingga jenama baru yang siap go global.

Dalam kesempatan yang sama, diumumkan enam brand terpilih dari hasil inkubasi yang akan tampil di JF3 Fashion Festival 2025, yaitu: CLV, Dya Sejiwa, Lil Public, Nona Rona, Rizkya Batik, dan Denim It Up. Mereka akan mempresentasikan karya dalam show kolaboratif bertajuk “Echoes of the Future by PINTU Incubator featuring École Duperré” pada 27 Juli 2025 di Summarecon Mall Kelapa Gading.

Kolaborasi ini juga menggandeng tiga siswa dari École Duperré Paris — Pierre Pinget, Bjorn Backes, dan Mathilde Reneaux  untuk merayakan perpaduan tradisi dan inovasi antar negara.

Lebih dari sekadar program inkubasi, PINTU kini menciptakan virtuous circle—sebuah efek bola salju reputasi yang tumbuh dari pengalaman positif para alumninya. Mereka menjadi duta tak resmi, menyebarkan cerita sukses dan merekomendasikan program ini kepada rekan-rekan industri.

“Reputasi tidak datang begitu saja. Butuh komitmen, kerja keras, dan peningkatan berkelanjutan,” ujar Theresia.

Kini, PINTU berdiri sebagai salah satu program paling menjanjikan dalam menghubungkan talenta kreatif lintas negara. Di sinilah masa depan mode Indonesia tengah dibentuk, berakar budaya, kolaboratif, dan siap menembus dunia.

Share: